Penerapan Kecerdasan Buatan untuk Mengatasi Kemacetan di Ibu Kota

Smog and heavy trafic at night (Jacek Dylag/Unplash)

Kemacetan lalu lintas yang kronis merupakan salah satu masalah yang melanda Ibu Kota Indonesia, Jakarta, dan daerah sekitarnya (Jabodetabek). Seiring dengan pertumbuhan populasi dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor, lalu lintas di wilayah ini semakin padat, dan perjalanan sehari-hari bagi warga menjadi lebih sulit dan melelahkan. Namun, solusi inovatif menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini menjadi harapan untuk mengatasi masalah ini.

Kemacetan di Jakarta: Sebuah Tantangan Berkelanjutan

Jika Anda berada di Jakarta, Anda pasti akrab dengan pengalaman rutin dalam menghadapi kemacetan lalu lintas, terutama pada jam sibuk di pagi dan sore hari. Ribuan kendaraan, termasuk motor dan mobil, meramaikan jalan-jalan menuju ibu kota, membuat perjalanan menjadi lambat dan melelahkan. Bahkan di jalan-jalan utama seperti MT Haryono dan flyover Grogol, kemacetan sering kali berlanjut hingga larut malam.

Pada Februari 2023, lembaga pemeringkat lalu lintas dunia, Tomtom International BV, menempatkan Jakarta di peringkat 29 dalam daftar indeks kemacetan tahun 2022. Ini merupakan peningkatan dari peringkat sebelumnya yang berada di posisi ke-46 pada tahun 2021. Menurut Tomtom, rata-rata waktu tempuh untuk perjalanan setiap 10 kilometer di DKI Jakarta adalah 22 menit 40 detik.

Pandemi COVID-19 sempat memberi sedikit kelonggaran dalam kemacetan lalu lintas di Jakarta. Namun, seiring dengan pemulihan aktivitas pasca-pandemi, lalu lintas kembali sibuk. Ini mengingatkan kita bahwa kemacetan adalah masalah yang tidak hanya berkaitan dengan jumlah kendaraan, tetapi juga infrastruktur jalan, kapasitas jalan, dan banyak faktor lainnya.

Peran Teknologi AI dalam Mengatasi Kemacetan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah berupaya keras untuk mengatasi kemacetan di ibu kota dengan berbagai langkah, mulai dari kebijakan ganjil-genap, pembangunan underpass dan jalan layang, hingga pengembangan transportasi umum seperti MRT dan LRT. Namun, salah satu terobosan terbaru adalah penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam sistem pemantauan lalu lintas yang dikenal sebagai Network Operation Centre (NOC) Intelligent Traffic Light System (ITS).

NOC ITS menggunakan teknologi AI untuk mengatur lampu lalu lintas secara otomatis berdasarkan informasi kepadatan kendaraan. Ketika lalu lintas padat, lampu hijau akan dipercepat, sementara jika lalu lintas relatif lancar, lampu merah akan diperpanjang. Teknologi ini juga mempertimbangkan lokasi pemasangan berdasarkan kondisi lalu lintas yang rentan terhadap kemacetan, seperti jalan-jalan utama seperti Daan Mogot, Pancoran, Kuningan, Gunung Sahari, dan Gatot Subroto.

Menurut Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, penggunaan AI dalam NOC ITS dapat meningkatkan efisiensi lalu lintas di persimpangan jalan hingga 15 hingga 20 persen. Selama tiga bulan pertama penggunaan teknologi ini, Dishub DKI Jakarta melaporkan bahwa telah terjadi penurunan antrean kendaraan di sekitar 20 persimpangan.

Baca Juga: Meta dan Ray-Ban Rilis Kacamata Pintar Terbaru Dilengkapi AI dan Fitur Live Streaming

Masa Depan Kemacetan di Jakarta

Dengan rencana pengembangan lebih lanjut, Dishub DKI Jakarta berencana untuk memasang teknologi kecerdasan buatan di 40 simpang lagi pada tahun ini. Tujuannya adalah mengurangi tingkat kemacetan hingga 48 persen pada tahun 2023. Untuk mendukung ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp130 miliar.

Penerapan teknologi AI ini bukan hanya sekadar mengatur lampu lalu lintas, tetapi juga memprioritaskan rute angkutan umum seperti TransJakarta. Ini berarti bahwa sistem AI akan memberikan prioritas lampu hijau untuk kendaraan angkutan umum, meningkatkan efisiensi dan kenyamanan bagi penumpang transportasi umum.

Dengan langkah-langkah ini, Jakarta berharap dapat mengurangi kemacetan dan meningkatkan mobilitas bagi warganya. Teknologi kecerdasan buatan telah menjadi sekutu penting dalam upaya mengatasi masalah lalu lintas yang kronis di ibu kota Indonesia ini, membuka jalan bagi masa depan yang lebih lancar dan efisien.

sumber: Indonesia.go.id